📜 Teks Khutbah Jumat : husnul khotimah
Assalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh.
ibadallah kaum muslimin yang semoga dirahmati Allah subhanahu wa taala.
Allah subhanahu wa taala telah memberikan begitu banyak kenikmatan kepada kita. Dan di antara kenikmatan tersebut adalah nikmatul iman, nikmatul Islam, dan juga nikmat-nikmat yang lainnya. Nikmat-nikmat tersebut harus kita jaga agar kita terus berada di atas kenikmatan tersebut dan meninggal di atas kenikmatan tersebut.
Rasulullah sallallahu alaihi wasallam bersabda, "Inamal a'malu bilkhawatim," sesungguhnya amalan itu adalah tergantung dari akhirnya. Barang siapa yang pada akhir hayatnya amalannya baik, maka insyaallah ini menunjukkan husnul khatimah, dia akan masuk surga. Kemudian Rasulullah sallallahu alaihi wasallam pun bersabda, "Man kana akhiru kalamihi lailahaillallah dakhalal jannah." Barang siapa yang pada akhir hayatnya dia mengucapkan Lailahaillallah, maka dia akan masuk surga. Inilah yang yang disebut dengan husnul khatimah, akhir yang baik. Dia meninggal di atas keislamannya. Dia meninggal di atas keimanannya.
Bagaimana seseorang dia bisa meraih, bisa mengejar husnul khatimah? secara umum, Ibnu Katsir rahimahullah beliau ketika menafsirkan ayat wala tamutunna illa wa antum muslimun. Janganlah kalian meninggal melainkan dalam keadaan muslim, dalam keadaan mukmin, yakni dalam keadaan beriman. Ibnu Katsir mengatakan, yakni maknanya adalah jagalah keislaman kalian ketika dalam keadaan sehat. Jagalah Islam kalian ketika dalam keadaan selamat agar kalian meninggal di atas keislaman.
Kemudian Ibnu Katsir pun mengatakan, "Man asya ala syain mata alaih." Barang siapa yang terbiasa dia ketika hidupnya di atas sesuatu, di atas keislaman, di atas keimanan, maka "mata alaih", dia akan meninggal di atas sesuatu tersebut. Maka barang siapa yang ingin meraih istiqamah, yang ingin meraih husnul khatimah, maka dia istiqamah, dia luzumu thaah, melakukan ketaatan, ini secara umum. Kemudian Ibnu Katsir juga mengatakan, "Wa man mata ala syain buitsa alaih " barang siapa yang meninggal di atas suatu keadaan, maka dia dijanjikan akan dibangkitkan dengan keadaan tersebut. Barang siapa yang meninggal di atas Islam, di atas iman, maka dia pun akan dibangkitkan di kelak di Yaumul Kiamah dalam keadaan muslim, dalam keadaan beriman.
Maka para ulama lebih rinci lagi, mereka menyebutkan amalan-amalan atau cara-cara bagaimana seseorang bisa mendapatkan husnul khatimah. Secara umum telah disebutkan adalah dia melakukan amalan taat. Kemudian di dalam ayat, di dalam dalil-dalil di antara sebab-sebab meraih Husnul Khatimah adalah dengan dia beriman kepada Allah Subhanahu wa taala. Allah Subhanahu wa taala berfirman :
{ یُثَبِّتُ ٱللَّهُ ٱلَّذِینَ ءَامَنُوا۟ بِٱلۡقَوۡلِ ٱلثَّابِتِ فِی ٱلۡحَیَوٰةِ ٱلدُّنۡیَا وَفِی ٱلۡـَٔاخِرَةِۖ وَیُضِلُّ ٱللَّهُ ٱلظَّـٰلِمِینَۚ وَیَفۡعَلُ ٱللَّهُ مَا یَشَاۤءُ }
[Allah meneguhkan (iman) orang-orang yang beriman dengan ucapan yang teguh(dalam kehidupan) di dunia dan di akhirat; dan Allah menyesatkan orang-orang yang zalim dan Allah berbuat apa yang Dia kehendaki.]
[Surat Ibrahim: 27]
.Dan Allah Subhanahu wa taala akan mengokohkan. Siapa yang dikokohkan? "Aladzina amanu". Orang-orang yang beriman kepada Allah Subhanahu wa taala. Dikokohkan dengan apa? Bilqoul tsabit. Dengan ucapan yang kuat, ⁸ucapan yang yang kokoh yang dimaksud adalah kalimatut tauhid, yaitu ucapan Lailahaillallah. Kapan dikokohkan? Fil hayatid dunya. Ketika dia masih hidup. Yang dimaksud adalah qoblal maut. Sebelum dia meninggal barang siapa beriman maka Allah akan kokohkan dia. Dia meninggal dengan keimanannya. Dia meninggal dengan mengucapkan Lailahaillallah. Kemudian juga dikokohkan fil akhirah. Yakni filqabri. Ketika dia dikubur di kuburan ditanya tentang siapa Rabbnya, apa agamanya dan siapa nabinya, maka dikokohkan bisa menjawab pertanyaan atau fitnatul kubur tersebut.
Kemudian sebab yang kedua, seseorang ketika ingin meraih husnul khatimah adalah dengan dia al-istiqamah, yaitu dengan luzumut thaah, dengan senantiasa dia melakukan amalan-amalan saleh. Karena amalan kebaikan ini adalah dilakukan selama-lamanya tidak ada hentinya sampai kapan? Sampai dia meninggal.
{ وَٱعۡبُدۡ رَبَّكَ حَتَّىٰ یَأۡتِیَكَ ٱلۡیَقِینُ }
[Surat Al-Hijr: 99]
Dan beribadahlah kepada Rabbmu sampai datang keyakinan, yaitu sesuatu yang yakin, sesuatu yang pasti, yaitu adalah kematian. Dalam beribadah maka tidak mengenal lelah, tidak mengenal jeda istirahat, tetapi teruslah dia beribadah sepanjang hidupnya. Inilah yang disebut dengan istiqamah. Maka orang-orang yang istiqamah. Allah Subhanahu wa taala menjanjikan :
{ إِنَّ ٱلَّذِینَ قَالُوا۟ رَبُّنَا ٱللَّهُ ثُمَّ ٱسۡتَقَـٰمُوا۟ تَتَنَزَّلُ عَلَیۡهِمُ ٱلۡمَلَـٰۤىِٕكَةُ أَلَّا تَخَافُوا۟ وَلَا تَحۡزَنُوا۟ وَأَبۡشِرُوا۟ بِٱلۡجَنَّةِ ٱلَّتِی كُنتُمۡ تُوعَدُونَ }
[Surat Fushilat: 30]
innalladina qolu rabbunallah. Orang-orang yang mengatakan Rabbku adalah Allah dia beriman kepada Allah {ثم استقاموا} Kemudian dia istiqamah senantiasa melakukan ketaatan tatanazalu alaihim. Maka akan turun malaikat, yaitu mereka malaikat mengatakan kepada orang yang istiqamah tersebut, janganlah engkau takut. Kapan malaikat turun? Berkata Ibnu Abbas, qobla maut. Menjelang kematian, maka para malaikat turun dan mereka mengatakan kepada hambanya, kepada hamba Allah Subhanahu wa taala, alla takhafu. Janganlah kalian takut. Takut dari apa? Dari yang kalian hadapi. Minal maut, dari kematian. Janganlah kalian takut. dari kematian dan hal-hal yang akan kau hadapi dari setelah kematian. Wala tahzanu. Malaikat pun mengatakan kepada hamba Allah, "Jangan kalian bersedih." Bersedih atas apa? Ala ma kholaftum. Bersedih terhadap yang ditinggalkan dari keluarga, dari istri. Janganlah kalian khawatir karena Allah yang akan menjaganya. Wa absiru bil jannatillati kuntum tuadun. Dan bergembiralah dengan Jannah yang kalian telah dijanjikan dengan Jannah tersebut. Maka inilah al-istiqamah merupakan sebab yang menjadikan seorang hamba mati atau meninggal dalam keadaan husnul khatimah.
Khutbah Ke dua :
Alhamdulillah Hamdan katsiran thoyyiban mubarakan fiih kama yuhibu robbuna. Kemudian sebab yang lain agar seseorang bisa meraih husnul khatimah, meninggal di atas kebaikan, di atas keimanan adalah islahu alqalbi, yaitu senantiasa dia memperbaiki hatinya. Dia tidak hanya memperbaiki lahiriahnya, amalan-amalan zahirnya, tidak cukup, tetapi dia juga harus melihat amalan-amalan batinnya, harus memperbaiki hatinya, niatnya, menjaga hatinya. Karena Rasulullah sallallahu alaihi wasallam bersabda, "Ketahuilah bahwasanya di dalam tubuh ada segumpal daging. Apabila segumpal daging tersebut baik, maka baiklah seluruh badannya." Apabila segumpal daging tersebut rusak, maka rusaklah seluruh badannya. Ketahuilah itu adalah kalbu, itu adalah hati. Maka perbaikilah hati kita. Karena dengan memperbaiki hati sekaligus itu bisa memperbaiki amalan lahiriah, amalan ibadah-ibadah yang terlihat. Kemudian juga seseorang yang memperbaiki hati maka ini akan menjadi sebab istiqamah dia dan juga meraih husnul khatimah.
Dan Rasulullah sallallahu alaihi wasallam mengingatkan, barang siapa yang dia secara zahir melakukan amalan-amalan ibadah, tetapi ternyata dalam hatinya dia menyembunyikan niat yang jelek, tidak ikhlas, maka Rasulullah sallallahu alaihi wasallam mengingatkan : ((demi Allah sesungguhnya ada seseorang di antara kalian yang dia melakukan amalan penduduk surga, dia melakukan ketaatan hingga tidak ada jarak dia dengan surga melainkan sehasta saja. Artinya dia terus melakukan amalan-amalan kebaikan hingga menjelang meninggalnya. Tetapi kitab (catatan takdir) telah mendahuluinya. Maka dia melakukan di akhir hayatnya, di akhir hidupnya melakukan amalan penduduk neraka Maka dia masuk neraka. Sebaliknya dan ada di antara kalian dia sepanjang hidupnya melakukan amalan-amalan penduduk neraka, bermaksiat, berbuat kufur sampai tidak ada jarak antara dia dengan neraka. Ini maksudnya dengan kematian kecuali sehasta saja. Maka telah mendahului dia takdir. Kemudian di akhir hidupnya dia melakukan amalan penduduk surga, maka dia masuk ke dalam surga. Para ulama mereka menafsirkan atau menjelaskan tentang hadis ini. Di antaranya Syekh Utsaimin, beliau menyebutkan : Sesungguhnya yang disebutkan di dalam hadis ini ada orang yang dia melakukan amalan-amalan penduduk surga sampai meninggalnya atau menjelang meninggalnya kemudian melakukan penduduk amalan penduduk neraka. Ini adalah fima yabdu linnas yaitu amalan yang hanya tampak di mata manusia saja. Ya, artinya dia melakukan amalan kebaikan riyaan wasumatan. Dia hanya untuk dilihat manusia. Adapun hatinya menyembunyikan kejelekan. Maka hati-hatilah kita. Kita terus senantiasa merasa takut. Kita terus memelihara niat-niat kita agar amalan kita ikhlas karena Allah subhanahu wa taala.
Kemudian berikutnya yang termasuk menyebabkan seseorang meraih husnul khatimah adalah bertobat. Bertobat dari segala dosa. Bertobat bersegera dan juga dari dosa setiap saat setiap dia melakukan dosa maka bersegera dia bertobat. Tidak menunggu di masa tua tidak menunggu kalau dosanya sangat besar baru bertobat. Ibnu Mas'ud anhu. Beliau menyebutkan sesungguhnya sifat seorang yang beriman dia melihat, dia menganggap dosa-dosanya seakan-akan dia duduk di bawah gunung. Dia duduk di bawah batu yang besar. Kemudian dia takut gunung tersebut akan menimpanya. Sebaliknya fajir. Sesungguhnya ahlu maksiat dia menganggap melihat dosa-dosa itu adalah seakan-akan seperti lalat. Kemudian seakan-akan lalat yang lewat di depan hidungnya atau hinggap di depan hidungnya kemudian dia hanya mengibaskan tangannya, mengusir dan dia menganggap itu adalah perkara yang kecil. Maka dosa apapun yang kita lakukan, besar atau kecil, segeralah bertobat. Karena kita khawatir apabila kita tidak bertobat. Ternyata ketika melakukan dosa tersebut ternyata kita dimatikan oleh Allah Subhanahu wa taala.
Kemudian sebab yang lain agar meraih husnul khatimah -dan ini bukan pembatasan-, masih banyak sebab-sebab yang lain adalah ad-dua yaitu berdoa kepada Allah subhanahu wa taala. Karena Rasulullah sallallahu alaihi wasallam bersabda, "Sesungguhnya hati seorang hamba itu di antara dua jemari Allah, maka Allah akan membolak-balikkan terserah Allah subhanahu wa taala." Maka kita meminta kepada Allah subhanahu wa taala sebagaimana doa yang sering diajarkan atau diucapkan oleh Rasulullah sallallahu alaihi wasallam. " Wahai yang membolak-balikkan hati tetapkanlah kokohkanlah hatiku di atas agamamu." Maka kita memohon kepada Allah Subhanahu wa taala kita terus melakukan ketaatan, kita bertobat dari dosa dosa sekarang secepatnya dan juga kita memohon kepada Allah Subhanahu wa taala agar dikokohkan hati kita.
khutbah jumat, mahad daarul atsaar purwakarta, 17 oktober 2025.
0 komentar:
Posting Komentar