Penulis: Redaksi Assalafy.org
Figur seorang ‘ulama sangatlah penting di tengah-tengah umat. Posisi ‘ulama sebagai pewaris para nabi membuat umat sangat membutuhkan kehadiran para ‘ulama dalam memberikan pengarahan dan bimbingan segala urusan umat. Akhlaq dan sepak terjang ‘ulama menjadi teladan bagi umat.
Sebagai seorang ‘ulama panutan umat, Asy-Syaikh ‘Abdul ‘Aziz bin ‘Abdillah bin Baz rahimahullah merupakan figur yang sangat dihormati dan dikagumi oleh semua kalangan. Kharisma ketaqwaan dan keshalihan beliau benar-benar melekat di sanubari jutaan manusia. Kapasitas keilmuaannya benar-benar menjadikan berbagai penjelasan dan fatwa beliau sangat dicari dan dibutuhkan oleh umat. Semangat ibadah, kesungguhan, kedermawanan, keterbukaan, dan kasih sayang beliau menjadi teladan bagi kaum muslimin.
Dalam kesehariannya, beliau telah dipercaya untuk memimpin Hai’ah Kibaril ‘Ulama (Majelis ‘Ulama Senior) Kerajaan Saudi ‘Arabia sekaligus Al-Lajnah Ad-Da`imah lil Buhutsil ‘Ilmiyyah wal Ifta’ (Komisi Tetap untuk Riset Ilmiah dan Fatwa) Kerajaan Saudi ‘Arabia, dua lembaga tinggi yang beranggotan para ‘ulama besar di negeri tersebut. Dua lembaga tinggi yang tidak hanya membutuhkan kapasitas keilmuaan dan wawasan yang luas dalam memimpinannya, tapi juga memerlukan kapastias ketaqwaan dan keshalihan, serta komitmen kuat terhadap Al-Qur`an dan As-Sunnah di atas manhaj Ahlus Sunnah, di samping kepercayaan dan keridhaan umat terhadapnya.
Sungguh Asy-Syaikh ‘Abdul ‘Aziz bin Baz rahimahullah seakan-akan merupakan sosok seorang ‘ulama salaf yang dibangkitkan hidup pada zaman ini. Sungguh komitmen beliau dalam berpegang dan menghidupkan manhaj Ahlus Sunnah dalam segala bidang, menjadikan beliau diakui oleh para ‘ulama sebagai mujaddid Islam abad ini.
Pada kesempatan kali ini, kami sajikan kepada pembaca sekalian sekilas protet aktivitas beliau dalam bulan penuh barakah ini. Semoga bisa membangkitkan semangat ibadah kita pada bulan ini. Di samping kita akan menyaksikan bagaimana seorang ‘ulama besar kalibar international ini memiliki kepedulian yang sangat besar terhadap urusan umat. Sifat dermawan, pemurah, kasih sayang, terbuka, dan kesantunan sangat tampak dari beliau. Terlebih pada bulan Ramadhan ini.
* * *
Semangat Samahatu Asy-Syaikh ‘Abdul ‘Aziz bin Baz, kesungguhan, kebaikan, dan ibadah beliau semakin bertambah pada waktu-waktu yang memiliki keistimewaan tertentu, seperti pada bulan Ramadhan, atau pada musim haji.
Pada bulan Ramadhan, beliau memperbanyak membaca Al-Qur’anul Karim, berdo’a, berdzikir, membaca tahlil, tasbih dan amalan-amalan lainnya yang mengandung pahala.
Beliau mengawali puasanya dengan bersantap sahur, kemudian berangkat ke masjid untuk menunaikan shalat shubuh secara berjamaah. Selesai shalat shubuh dan membaca dzikir-dzikir pagi, beliau kembali ke rumahnya untuk kemudian melakukan beberapa aktivitas yang penting, membaca kitab-kitab, membahas dan melakukan aktivitas lainnya.
Apabila waktu kerja resmi telah tiba, beliau segera berangkat menuju kantor pimpinan Hai`ah Kibaril ‘Ulama, dan seringkali beliau tiba lebih awal sebelum jam kerja tersebut dimulai. Beliau terus bekerja sampai jam kerja habis.
Dan ketika kembali dari pekerjaan beliau, segera beliau berangkat menuju masjid untuk menunaikan shalat Ashar. Beliau terus membaca Al-Qur’an sampai shalat ‘Ashar didirikan. Setelah selesai shalat, dalam majelis ilmu dibacakanlah kepada beliau beberapa kitab, kemudian beliau memberikan penjelasan penting terhadapnya lalu beliau menjawab pertanyaan-pertanyaan yang diajukan. Kemudian setelah itu beliau pulang ke rumahnya untuk beristirahat.
Sepuluh menit atau lebih sebelum adzan (maghrib), beliau menuju majelis untuk bersiap-siap berbuka puasa. Di sela-sela waktu tersebut, beliau menjawab pertanyaan-pertanyaan yang ditanyakan kepada beliau secara langsung dari yang hadir di situ ataupun pertanyaan-pertanyaan yang diajukan via telephon. Jika tidak, beliau menyibukkan diri dengan berdzikir dan berdo’a.
Turut berbuka puasa bersama beliau tamu-tamu yang cukup banyak jumlahnya, orang-orang fakir, orang-orang miskin, atau orang-orang yang memiliki kepentingan dengan beliau. Jumlah mereka mencapai lima puluh sampai seratus orang. Kondisi seperti ini ketika beliau berada di kota Ar-Riyadh. Adapun apabila beliau berada di Mekkah pada akhir bulan Ramadhan, jumlah orang-orang yang ikut berbuka puasa bersama beliau berjumlah dua ratus sampai tiga ratus orang.
Tatkala adzan maghrib telah dikumandangkan para hadirin bersegera untuk berbuka puasa menyantap hidangan yang ada di atas meja beliau, dan dalam keadaan beliau berada di tengah-tengah mereka.
Setelah berbuka, beliau segera berangkat menuju masjid. Setelah shalat beliau pulang kembali ke rumahnya, dan kemudian melayani orang-orang yang punya kepentingan dengan beliau, menjawab pertanyaan-pertanyaan mereka dan memberi penjelasan kepada mereka yang meminta penjelasan kepada beliau.
Sebelum adzan ‘Isya, para hadirin menyantap jamuan makan malam yang telah disediakan oleh beliau. Setelah adzan dikumandangkan, beliau masuk ke rumahnya, berwudhu, dan kemudian berangkat menuju masjid. Setelah mengerjakan shalat sunnah tahiyyatul masjid, imam shalat membacakan sebuah kitab yang terkait dengan hukum-hukum puasa dari Kitabush Shiyam dari kitab Bulughul Maram karya Al-Hafizh Ibnu Hajar ataupun kitab Al-Muntaqa karya Majduddin Abul Barakat Ibnu Taimiyyah, ataupun kitab Majalis Syahri Ramadhan karya Asy-Syaikh Muhammad bin Shalih Al ‘Utsaimin rahimahullah. Setelah itu beliau memberikan penjelasan atas apa yang dibacakan kepada beliau, kemudian menjawab pertanyaan-pertanyaan yang diajukan. Setelah itu beliau menunaikan shalat Isya berjama’ah, mengerjakan shalat sunnah rawatib dan dilanjutkan dengan shalat tarawih bersama imam.
Setelah selesai dari shalat tarawih, beliau pulang ke rumahnya, melayani orang-orang yang punya kepentingan dengan beliau, menjawab pertanyaan-pertanyaan, baik dengan dialog langsung maupun via telephon, dan menyelesaikan berbagai macam urusan. Terkadang pada waktu tersebut diselingi dengan pertemuan-pertemuan yang diadakan di perpustakaan rumah beliau, atau mengisi siaran radio dalam acara Nur ‘Alad Darb, atau kegiatan lainnya.
Semua kegiatan tersebut beliau jalani ketika berada di rumah. Namun jika tidak di rumah, beliau terkadang pergi ke kantor pimpinan Al-Lajnah Ad-Daimah, tinggal di sana setelah shalat tarawih selama dua atau tiga jam. Kemudian pada pukul setengah sebelas atau jam sebelas malam beliau kembali ke rumah untuk beristirahat. Kemudian beliau bangun di akhir malam untuk bersantap sahur, dan demikian seterusnya.
Terkadang beliau tiap harinya tidak tidur kecuali selama empat jam saja pada bulan Ramadhan.
Pada sepuluh hari terakhir bulan Ramadhan, beliau berangkat menuju kota Makkah untuk menunaikan ‘umrah dan tinggal di sana sampai akhir Ramadhan.
Begitulah secara ringkas sekelumit kegiatan Asy-Syaikh ‘Abdul ‘Aziz bin Baz rahimahullah selama bulan Ramadhan, adapun rincian apa yang terjadi di majelis-mejelis beliau, maka sudah lewat penyebutannya pada pembicaraan tentang sifat majelis baliau.
Selama bulan Ramadhan, beliau menyelesaikan beberapa amalan yang melebihi apa yang telah disifatkan di atas, yang jika dikerjakan sekelompok orang yang kuat, niscaya mereka akan merasa lemah dan tidak akan mampu mengerjakannya.
Semakin bertambah giat lagi amalan dan ibadah beliau pada sepuluh hari terakhir Ramadhan. Apabila beliau berangkat menuju Makkah, manusia saling berdesakan untuk berjumpa dengan beliau, mengadukan permasalahan-permasalahan mereka, dan mengajukan pertanyaan-pertanyaan kepada beliau.
Di antara yang aku (penulis) ingat, bahwa beliau ketika itu berangkat pada malam keduapuluh tujuh bulan Ramadhan untuk menunaikan shalat tarawih di Masjidil Haram pada sekitar tahun 1412 H. Beliau shalat di lantai atas Al Masjidil Haram, dan ketika selesai shalat tarawih, manusia melihat beliau dan mereka mendengar keberadaan beliau di sana, maka mereka segera mendatangi mereka secara berbondong-bondong.
Dahulu pernah kami bersama beliau di lantai atas Masjidil Haram, jumlah kami ketika itu ada enam orang. Kami berusaha semampunya untuk menjauhkan beliau dari kerumunan manusia, dan menertibkan mereka, sampai-sampai kami dibuat kerepotan oleh mereka, karena kami khawatir dengan kondisi beliau ketika itu, bahkan sampai nafas beliau terasa sesak. Maka kemudian beliau didudukkan di atas kursi hingga bisa menghirup udara dengan leluasa.
Ketika merasa kesulitan untuk turun melalui tangga eskalator, maka kami menurunkan beliau melalui tangga yang biasa digunakan oleh petugas yang bekerja di Masjidil Haram. Tidaklah beliau sampai pada tangga tersebut kecuali telah bercucuran keringat beliau karena kerumunan manusia, dan tidaklah kami sampai di lantai bawah di halaman luar Masjidil Haram kecuali manusia sudah saling berlomba-lomba untuk berjumpa beliau dan berada di sekeliling beliau.
Beberapa saat kemudian barulah beliau berhasil naik ke mobil, setelah baju beliau hitam karena terkena keringat beliau sendiri, dan juga keringat orang-orang tadi, serta desakan mereka ketika mengerumuni beliau.
Yang menakjubkan dari kejadian ini bahwa apa yang dialami oleh beliau tersebut tidak membuat ketenangan beliau terganggu, bahkan beliau tersenyum sambil mendo’akan mereka : Semoga Allah memberi hidayah kepada mereka.
Sumber : http://www.binbaz.org.sa/mat/21252
http://www.assalafy.org/mahad/?p=353#more-353
Figur seorang ‘ulama sangatlah penting di tengah-tengah umat. Posisi ‘ulama sebagai pewaris para nabi membuat umat sangat membutuhkan kehadiran para ‘ulama dalam memberikan pengarahan dan bimbingan segala urusan umat. Akhlaq dan sepak terjang ‘ulama menjadi teladan bagi umat.
Sebagai seorang ‘ulama panutan umat, Asy-Syaikh ‘Abdul ‘Aziz bin ‘Abdillah bin Baz rahimahullah merupakan figur yang sangat dihormati dan dikagumi oleh semua kalangan. Kharisma ketaqwaan dan keshalihan beliau benar-benar melekat di sanubari jutaan manusia. Kapasitas keilmuaannya benar-benar menjadikan berbagai penjelasan dan fatwa beliau sangat dicari dan dibutuhkan oleh umat. Semangat ibadah, kesungguhan, kedermawanan, keterbukaan, dan kasih sayang beliau menjadi teladan bagi kaum muslimin.
Dalam kesehariannya, beliau telah dipercaya untuk memimpin Hai’ah Kibaril ‘Ulama (Majelis ‘Ulama Senior) Kerajaan Saudi ‘Arabia sekaligus Al-Lajnah Ad-Da`imah lil Buhutsil ‘Ilmiyyah wal Ifta’ (Komisi Tetap untuk Riset Ilmiah dan Fatwa) Kerajaan Saudi ‘Arabia, dua lembaga tinggi yang beranggotan para ‘ulama besar di negeri tersebut. Dua lembaga tinggi yang tidak hanya membutuhkan kapasitas keilmuaan dan wawasan yang luas dalam memimpinannya, tapi juga memerlukan kapastias ketaqwaan dan keshalihan, serta komitmen kuat terhadap Al-Qur`an dan As-Sunnah di atas manhaj Ahlus Sunnah, di samping kepercayaan dan keridhaan umat terhadapnya.
Sungguh Asy-Syaikh ‘Abdul ‘Aziz bin Baz rahimahullah seakan-akan merupakan sosok seorang ‘ulama salaf yang dibangkitkan hidup pada zaman ini. Sungguh komitmen beliau dalam berpegang dan menghidupkan manhaj Ahlus Sunnah dalam segala bidang, menjadikan beliau diakui oleh para ‘ulama sebagai mujaddid Islam abad ini.
Pada kesempatan kali ini, kami sajikan kepada pembaca sekalian sekilas protet aktivitas beliau dalam bulan penuh barakah ini. Semoga bisa membangkitkan semangat ibadah kita pada bulan ini. Di samping kita akan menyaksikan bagaimana seorang ‘ulama besar kalibar international ini memiliki kepedulian yang sangat besar terhadap urusan umat. Sifat dermawan, pemurah, kasih sayang, terbuka, dan kesantunan sangat tampak dari beliau. Terlebih pada bulan Ramadhan ini.
* * *
Semangat Samahatu Asy-Syaikh ‘Abdul ‘Aziz bin Baz, kesungguhan, kebaikan, dan ibadah beliau semakin bertambah pada waktu-waktu yang memiliki keistimewaan tertentu, seperti pada bulan Ramadhan, atau pada musim haji.
Pada bulan Ramadhan, beliau memperbanyak membaca Al-Qur’anul Karim, berdo’a, berdzikir, membaca tahlil, tasbih dan amalan-amalan lainnya yang mengandung pahala.
Beliau mengawali puasanya dengan bersantap sahur, kemudian berangkat ke masjid untuk menunaikan shalat shubuh secara berjamaah. Selesai shalat shubuh dan membaca dzikir-dzikir pagi, beliau kembali ke rumahnya untuk kemudian melakukan beberapa aktivitas yang penting, membaca kitab-kitab, membahas dan melakukan aktivitas lainnya.
Apabila waktu kerja resmi telah tiba, beliau segera berangkat menuju kantor pimpinan Hai`ah Kibaril ‘Ulama, dan seringkali beliau tiba lebih awal sebelum jam kerja tersebut dimulai. Beliau terus bekerja sampai jam kerja habis.
Dan ketika kembali dari pekerjaan beliau, segera beliau berangkat menuju masjid untuk menunaikan shalat Ashar. Beliau terus membaca Al-Qur’an sampai shalat ‘Ashar didirikan. Setelah selesai shalat, dalam majelis ilmu dibacakanlah kepada beliau beberapa kitab, kemudian beliau memberikan penjelasan penting terhadapnya lalu beliau menjawab pertanyaan-pertanyaan yang diajukan. Kemudian setelah itu beliau pulang ke rumahnya untuk beristirahat.
Sepuluh menit atau lebih sebelum adzan (maghrib), beliau menuju majelis untuk bersiap-siap berbuka puasa. Di sela-sela waktu tersebut, beliau menjawab pertanyaan-pertanyaan yang ditanyakan kepada beliau secara langsung dari yang hadir di situ ataupun pertanyaan-pertanyaan yang diajukan via telephon. Jika tidak, beliau menyibukkan diri dengan berdzikir dan berdo’a.
Turut berbuka puasa bersama beliau tamu-tamu yang cukup banyak jumlahnya, orang-orang fakir, orang-orang miskin, atau orang-orang yang memiliki kepentingan dengan beliau. Jumlah mereka mencapai lima puluh sampai seratus orang. Kondisi seperti ini ketika beliau berada di kota Ar-Riyadh. Adapun apabila beliau berada di Mekkah pada akhir bulan Ramadhan, jumlah orang-orang yang ikut berbuka puasa bersama beliau berjumlah dua ratus sampai tiga ratus orang.
Tatkala adzan maghrib telah dikumandangkan para hadirin bersegera untuk berbuka puasa menyantap hidangan yang ada di atas meja beliau, dan dalam keadaan beliau berada di tengah-tengah mereka.
Setelah berbuka, beliau segera berangkat menuju masjid. Setelah shalat beliau pulang kembali ke rumahnya, dan kemudian melayani orang-orang yang punya kepentingan dengan beliau, menjawab pertanyaan-pertanyaan mereka dan memberi penjelasan kepada mereka yang meminta penjelasan kepada beliau.
Sebelum adzan ‘Isya, para hadirin menyantap jamuan makan malam yang telah disediakan oleh beliau. Setelah adzan dikumandangkan, beliau masuk ke rumahnya, berwudhu, dan kemudian berangkat menuju masjid. Setelah mengerjakan shalat sunnah tahiyyatul masjid, imam shalat membacakan sebuah kitab yang terkait dengan hukum-hukum puasa dari Kitabush Shiyam dari kitab Bulughul Maram karya Al-Hafizh Ibnu Hajar ataupun kitab Al-Muntaqa karya Majduddin Abul Barakat Ibnu Taimiyyah, ataupun kitab Majalis Syahri Ramadhan karya Asy-Syaikh Muhammad bin Shalih Al ‘Utsaimin rahimahullah. Setelah itu beliau memberikan penjelasan atas apa yang dibacakan kepada beliau, kemudian menjawab pertanyaan-pertanyaan yang diajukan. Setelah itu beliau menunaikan shalat Isya berjama’ah, mengerjakan shalat sunnah rawatib dan dilanjutkan dengan shalat tarawih bersama imam.
Setelah selesai dari shalat tarawih, beliau pulang ke rumahnya, melayani orang-orang yang punya kepentingan dengan beliau, menjawab pertanyaan-pertanyaan, baik dengan dialog langsung maupun via telephon, dan menyelesaikan berbagai macam urusan. Terkadang pada waktu tersebut diselingi dengan pertemuan-pertemuan yang diadakan di perpustakaan rumah beliau, atau mengisi siaran radio dalam acara Nur ‘Alad Darb, atau kegiatan lainnya.
Semua kegiatan tersebut beliau jalani ketika berada di rumah. Namun jika tidak di rumah, beliau terkadang pergi ke kantor pimpinan Al-Lajnah Ad-Daimah, tinggal di sana setelah shalat tarawih selama dua atau tiga jam. Kemudian pada pukul setengah sebelas atau jam sebelas malam beliau kembali ke rumah untuk beristirahat. Kemudian beliau bangun di akhir malam untuk bersantap sahur, dan demikian seterusnya.
Terkadang beliau tiap harinya tidak tidur kecuali selama empat jam saja pada bulan Ramadhan.
Pada sepuluh hari terakhir bulan Ramadhan, beliau berangkat menuju kota Makkah untuk menunaikan ‘umrah dan tinggal di sana sampai akhir Ramadhan.
Begitulah secara ringkas sekelumit kegiatan Asy-Syaikh ‘Abdul ‘Aziz bin Baz rahimahullah selama bulan Ramadhan, adapun rincian apa yang terjadi di majelis-mejelis beliau, maka sudah lewat penyebutannya pada pembicaraan tentang sifat majelis baliau.
Selama bulan Ramadhan, beliau menyelesaikan beberapa amalan yang melebihi apa yang telah disifatkan di atas, yang jika dikerjakan sekelompok orang yang kuat, niscaya mereka akan merasa lemah dan tidak akan mampu mengerjakannya.
Semakin bertambah giat lagi amalan dan ibadah beliau pada sepuluh hari terakhir Ramadhan. Apabila beliau berangkat menuju Makkah, manusia saling berdesakan untuk berjumpa dengan beliau, mengadukan permasalahan-permasalahan mereka, dan mengajukan pertanyaan-pertanyaan kepada beliau.
Di antara yang aku (penulis) ingat, bahwa beliau ketika itu berangkat pada malam keduapuluh tujuh bulan Ramadhan untuk menunaikan shalat tarawih di Masjidil Haram pada sekitar tahun 1412 H. Beliau shalat di lantai atas Al Masjidil Haram, dan ketika selesai shalat tarawih, manusia melihat beliau dan mereka mendengar keberadaan beliau di sana, maka mereka segera mendatangi mereka secara berbondong-bondong.
Dahulu pernah kami bersama beliau di lantai atas Masjidil Haram, jumlah kami ketika itu ada enam orang. Kami berusaha semampunya untuk menjauhkan beliau dari kerumunan manusia, dan menertibkan mereka, sampai-sampai kami dibuat kerepotan oleh mereka, karena kami khawatir dengan kondisi beliau ketika itu, bahkan sampai nafas beliau terasa sesak. Maka kemudian beliau didudukkan di atas kursi hingga bisa menghirup udara dengan leluasa.
Ketika merasa kesulitan untuk turun melalui tangga eskalator, maka kami menurunkan beliau melalui tangga yang biasa digunakan oleh petugas yang bekerja di Masjidil Haram. Tidaklah beliau sampai pada tangga tersebut kecuali telah bercucuran keringat beliau karena kerumunan manusia, dan tidaklah kami sampai di lantai bawah di halaman luar Masjidil Haram kecuali manusia sudah saling berlomba-lomba untuk berjumpa beliau dan berada di sekeliling beliau.
Beberapa saat kemudian barulah beliau berhasil naik ke mobil, setelah baju beliau hitam karena terkena keringat beliau sendiri, dan juga keringat orang-orang tadi, serta desakan mereka ketika mengerumuni beliau.
Yang menakjubkan dari kejadian ini bahwa apa yang dialami oleh beliau tersebut tidak membuat ketenangan beliau terganggu, bahkan beliau tersenyum sambil mendo’akan mereka : Semoga Allah memberi hidayah kepada mereka.
Sumber : http://www.binbaz.org.sa/mat/21252
http://www.assalafy.org/mahad/?p=353#more-353
0 komentar:
Posting Komentar