Selasa, 07 Juni 2011

matikan televisimu ! !

Matikan Televisimu!!

tv

Oleh : Ristyandani



Tidak berlebihan bila perangkat elektronik ini disebut “kotak ajaib”. Ya, televisi! Sebuah perangkat hiburan dan informasi yang menyajikan beragam materi mulai dari peristiwa yang benar-benar terjadi, hingga pada sajian-sajian khayal yang melampaui batas imajinasi kita. Demi merangkul sebanyak mungkin penonton, maka segala hal yang bisa dilakukan, akan ditempuh. Saat itulah acara-acara ini tidak lagi mengindahkan batasan norma,etika, dan agama.
Maka mengingat pada sebuah ucapan nabi kita “Agama seseorang dilihat dari siapa sahabatnya” , khazanah ilmu ini cukup menjelaskan wujud keadaan masyarakat yang memiliki kesamaan identitas dengan fenomena televisi. Karena televisi telah menjadi sahabat pebuhbagi manusia modern saat ini. Berikut adalah beberapa jenis acara televisi yang merusak, agar kita bisa belajar dan mengapa kita perlu mematikan televisi kita.



Talk Show.
Sedang terjadi obrolan antara pembawa acara dengan narasumber perwakilan LSM yang mengkampanyekan penanggulangan penyebaran HIV , dengan berhubungan sex secara aman. Kampanye dengan pembagian kondom gratis tersebut, tidak menyebutkan dengan tegas bahwa hubungan seksual mutlak hanya boleh dilakukan dalam ikatan pernikahan. Justru yang ditonjolkan adalah anjuran memakai kondom untuk seks yang aman. Tidakkah mereka yang berkampanye itu sadar bahwa dengan kondom sebagai alat solusi norma, membenteuk persepsi bahwa perzinaan pun dibenarkan, sex pranikah bukanlah hal yang tercela dilakukan ketika pacaran.
Contoh diatas adalah model penggiringan opini yang marak dilakukan oleh televisi. Bukan hanya produksi dalam negeri, stasiun televisi Indonesia mulai mengimpor acara jenis ini dari negeri-negeri barat, yang kental dengan pemikiran liberal. Metode ini amat halus dan tidak terasa, karena dikemas dalam bentuk obrolan, sehingga tidak terkesan mendikte. Akan tetapi, metode ini cukup ampuh dalam membentuk pola pikir mayoritas kaum muslimin, yang notabene masih awam ilmu agamanya, yang masih susah memilah mana yang benar dan mana yang salah menurut syariat.
Live Music
Dipandu oleh MC yang kebanci-bancian, acara yang isinya hanya bercanda dan main-main ini benar-benar menampilkan suramnya generasi muda kita. Mengenakan kaos-kaos warna mencolok dan celana ketat, dipandu oleh band ibukota yang sedang naik daun, para remaja tersebut berteriak-teriak menyanyikan lirik-lirik cinta (baca : zina) sambil melompat-lompat seirama dengan dentuman bass dari speaker-speaker besar.
Krisis identitas pemuda? Ya!! Karena acara ini dilakukan secara live pada pagi hari, saat dimana orang sibuk bekerja dan serius menuntut ilmu, tapi mereka hanya asyik bermain-main sambil mengikuti trend berpakaian, seakan-akan tidak ada tanggung jawab di pundak mereka, tidak tahu apa yang harus dilakukan.
Infotainment (Gosip)
Nikah cerai, rebutan hak asuh anak, hingga skandal mesum yang dilakukan oleh para artis, sudah menjadi bahan obrolan yang lumrah di tengah – tengah kita. Perbuatan ghibah, membicarakan aib orang lain, malah menjadi aktifitas yang utama. Acara ini terus berusaha mencari-cari kesalahan orang lain, yang membentuk karakter kita, untuk selalu memandang orang lain dari aibnya, tidak melihat kebaikannya, bahkan menyebarluaskan aib tersebut.
Dan yang lebih berbahaya lagi, maraknya pemberitaan aib-aib para selebritis yang dijadikan panutan dan idola, secara tidak langsung telah membentuk pola pikir kita, bahwa apa yang dilakukan mereka itu benar. Apalagi dengan berbagai alibi dan alasan yang disampaikan selebritis tersebut untuk membenarkan perbuatan tercelanya.
Sinetron
Mengedepankan gaya hidup mewah nan glamour dan konflik percintaan, acara ini mendominasi prime time (antara maghrib- pukul 22.00 WIB), waktu berkumpulnya keluarga untuk beristirahat. Sudah banyak masyarakat yang resah dengan adanya sinetron-sinetron yang tidak mendidik ini, karena membuat kita menjadi panjang angan-angan, ingin hidup mewah, dan hanya memikirkan masalah asmara dengan lawan jenis (baca :zina).
Belum lagi sinetron dengan judul islami, yang hanya sebagai kedok acara mistik sesat, yang menggambarkan bahwa seorang ustadz itu hanya sebagai pengusir jin. Yang menggambarkan bahwa azab Allah itu sangat pedih, tanpa diimbangi dengan rahmatNya yang luas.
Reality Show
Acara model ini menempati rating yang cukup tinggi. Isinya hanya berkutat masalah konflik asmara, problem rumah tangga, atau hanya sekedar humor menjahili orang.
Komisi Penyiaran Indonesia dulu pernah menegur jenis acara seperti ini, karena isinya yang syarat dengan kata-kata kotor dan kekerasan.
Beberapa contoh acara yang diuraikan diatas, sejatinya adalah contoh kesia-siaan yang nyata. Lebih dari itu, darinya justru menjadi penyebaran kefasiqan, kekufuran, kesesatan yang tidak bisa ditolerir dari syariat Alloh dan Rasul-Nya. Ketika rutinitas kaum muslimin terus menerus disibukan oleh model-model (acara, artis, film) fasiq yang tidak mengerti agama Alloh, sungguh jiwa manusia  yang rapuh akan menirunya. Hal itulah yang menciptakan pribadi-pribadi pembangkang kepada syariat Alloh, pengambil hak orang lain, anak yang durhaka, istri yang tidak patuh, suami yang tidak memenuhi hak keluarga, dan seterusnya. Ketika masyarakat ini tidak memiliki pondasi yang utuh tentang pemahaman agama yang lurus, maka musibah ini bukan hanya akan menimpa pribadi-pribadi tertentu saja, namun akan menjadi musibah secara  umum. Bukan hanya kepada orang yang fasiq, namun musibah ini juga berimbas pada orang-orang shalih di antara mereka.
Sebagai penutup, seorang ulama besar hadits pernah memberikan penilaiannya tentang keberadaan televisi :
“Televisi dewasa ini, 99% banyak menayangkan nilai-nilai atau faham-faham kefasikan, perbuatan dosa, nyanyian haram, ataupun perbuatan yang mengumbar hawa nafsu, dan lain-lain sejenisnya. Hanya 1 % tayangan televisi yang dapat diambil manfaatnya. Jadi kesimpulan hukum televisi itu dilihat dari penayangan yang dominan” (Asy Syaikh Muhammad Nashiruddin Al Albani, al Ashalah 10/15 Syawal 1414 H hal. 40)
sumber : http://tashfiyah.net/?p=519

0 komentar:

Posting Komentar