Penulis: Al-Ustadz Luqman Jamal, Lc
1. Ahlus Sunnnah Wal Jama’ah sepakat pada pokok-pokok aqidah. Tidak ada perbedaan dan perselisihan diantaara mereka walaupun berbeda waktu dan tempat.
Berkata Syeikhul Islam Abul Muzhoffar Manshur bin Muhammad As-Sam'any rahimahullah : "Dan perkara yang paling jelas yang menunjukan bahwasanya ahlul hadits adalah ahlul haq, yaitu sesungguhnya jika kamu menelaah atau memperhatikan seluruh kitab-kitab yang mereka tulis, dulu maupun sekarang, walaupun negeri mereka berbeda–beda dan jaraknya berjauhan dan tinggal di negeri-negeri yang berbeda, maka kamu dapati mereka dalam menjelaskan aqidah di atas satu cara dan jalan yang sama, mereka berjalan di atas jalan tersebut dan tidak berpaling darinya dan tidak ada yang menyelisihi ucapan mereka pada yang demikian itu satupun diantara mereka, penukilan mereka satu, kamu tidak dapati pada mereka perbedaan dan perpecahan sedikitpun bahkan kalau kamu mengumpulkan seluruh yang keluar dari lisan-lisan mereka dan nukilan-nukilan mereka dari pendahulunya kamu dapatkan seakan-akan hal di atas berasal dari satu hati dan satu lisan. Maka apakah setelah kebenaran ini ada dalil yang lebih jelas darinya.
Allah berfirman (dalam surah An-Nisa` ayat 82) :
أَفَلَا يَتَدَبَّرُونَ الْقُرْءَانَ وَلَوْ كَانَ مِنْ عِنْدِ غَيْرِ اللَّهِ لَوَجَدُوا فِيهِ اخْتِلَافًا كَثِيرًا
“Maka apakah mereka tidak memperhatikan Al Qur'an? Kalau kiranya Al Qur'an itu bukan dari sisi Allah, tentulah mereka mendapat pertentangan yang banyak di dalamnya”.
Dan firman Allah (dalam surah Ali 'Imran ayat 103) :
وَاعْتَصِمُوا بِحَبْلِ اللَّهِ جَمِيعًا وَلَا تَفَرَّقُوا وَاذْكُرُوا نِعْمَةَ اللَّهِ عَلَيْكُمْ إِذْ كُنْتُمْ أَعْدَاءً فَأَلَّفَ بَيْنَ قُلُوبِكُمْ فَأَصْبَحْتُمْ بِنِعْمَتِهِ إِخْوَانًا وَكُنْتُمْ عَلَى شَفَا حُفْرَةٍ مِنَ النَّارِ فَأَنْقَذَكُمْ مِنْهَا كَذَلِكَ يُبَيِّنُ اللَّهُ لَكُمْ ءَايَاتِهِ لَعَلَّكُمْ تَهْتَدُونَ
“Dan berpeganglah kamu semuanya kepada tali (agama) Allah, dan janganlah kamu bercerai berai, dan ingatlah akan ni`mat Allah kepadamu ketika kamu dahulu (masa Jahiliyah) bermusuh musuhan, maka Allah mempersatukan hatimu, lalu menjadilah kamu karena ni`mat Allah orang-orang yang bersaudara; dan kamu telah berada di tepi jurang neraka, lalu Allah menyelamatkan kamu daripadanya. Demikianlah Allah menerangkan ayat-ayat-Nya kepadamu, agar kamu mendapat petunjuk”.
Adapun jika kamu lihat pada ahlul ahwa` wal bida', maka kamu melihat mereka bercerai berai, berselisih dalam kelompok-kelompok dan partai-partai. Hampir-hampir kamu tidak mendapati dua di antara mereka di atas satu jalan dalam keyakinannya, membid'ahkan antara satu dengan yang lain, bahkan sampai mengkafirkan, anak mengkafirkan bapaknya, seseorang mengkafirkan saudaranya, tetangga mengkafirkan tetangganya. Kamu dapati mereka paling menonjol dalam perselisihan, kebencian dan perbedaan, mereka menghabiskan umurnya sementara kalimat mereka tidak pernah sepakat. Sebagaimana firman Allah (dalam surah Al-Hasyr ayat 14) :
لَا يُقَاتِلُونَكُمْ جَمِيعًا إِلَّا فِي قُرًى مُحَصَّنَةٍ أَوْ مِنْ وَرَاءِ جُدُرٍ بَأْسُهُمْ بَيْنَهُمْ شَدِيدٌ تَحْسَبُهُمْ جَمِيعًا وَقُلُوبُهُمْ شَتَّى ذَلِكَ بِأَنَّهُمْ قَوْمٌ لَا يَعْقِلُونَ
“Mereka tiada akan memerangi kamu dalam keadaan bersatu padu, kecuali dalam kampung-kampung yang berbenteng atau di balik tembok. Permusuhan antara sesama mereka adalah sangat hebat. Kamu menganggap mereka itu bersatu padahal hati-hati mereka berpecah belah. Yang demikian itu karena sesungguhnya mereka adalah kaum yang tiada mengerti”.
lalu beliau memberi beberapa contoh kemudian beliau berkata : "Dan apakah di atas kebatilan ada dalil yang lebih jelas dari perkara ini. Allah Subhanahu wa Ta'ala berfirman :
إِنَّ الَّذِينَ فَرَّقُوا دِينَهُمْ وَكَانُوا شِيَعًا لَسْتَ مِنْهُمْ فِي شَيْءٍ إِنَّمَا أَمْرُهُمْ إِلَى اللَّهِ ثُمَّ يُنَبِّئُهُمْ بِمَا كَانُوا يَفْعَلُونَ
"Sesungguhnya orang-orang yang memecah belah agamanya dan mereka (terpecah) menjadi beberapa golongan, tidak ada sedikitpun tanggung jawabmu terhadap mereka. Sesungguhnya urusan mereka hanyalah (terserah) kepada Allah, kemudian Allah akan memberitahukan kepada mereka apa yang telah mereka perbuat".(QS. Al-An'am : 159)
(lihat : Al-Intishor li Ahlil Hadits dengan perantaraan Shaunul Mantiq hal. 165-170, Al-Hujjah Fii Bayani Al-Mahajjah 2/222-230, Mukhtashor Ash-Showa'iq hal. 496-498).
2. Diantara karakteristik yang paling jelas membedakan antara Ahlus Sunnnah Wal Jama’ah dengan ahlul bid'ah wal furqoh adalah hakikat nama dan penyandaran. Ahlus Sunnnah Wal Jama’ah pada setiap penamaannya ; Salafiyun, Ath-Thoifah Al-Manshurah, Al-Firqoh An-Najiyah dan Ahlul Hadits, semuanya adalah sandaran kepada Sunnah dan Jama'ah yang hanya menggambarkan Islam yang hakiki. Adapun ahlul bid'ah wal furqoh, penyandarkan diri mereka kadang kepada seseorang dari ahlul bid'ah atau pimpinan kesesatan seperti Jahmiyah, Kullabiyah, Maturidiyah, Jama'ah Tabligh, Ikhwanul Muslimin, Sururiyah, Quthbiyah. Dan kadang kepada pokok kesesatan mereka seperti Qodariyah, Jabariyah dan Murji`ah. Dan kadang kepada bentuk dan sifat kesesatan mereka seperti Rofidhoh, Shufiyah, Falasifah, Bathiniyah, Mu'tazilah dan Musyabbihah.
Berkata Al-Maqdisy : "Dan semua yang memberi nama selain Islam dan sunnah adalah ahlul bid'ah seperti Rafidhah (Syi'ah), Jahmiyah, Khawarij, Murji`ah, Mu'tazilah, Karramiyah, Kullabiyah, dan yang seperti mereka. Ini adalah kelompok-kelompok sesat dan kelompok-kelompok bid'ah. Semoga Allah melindungi kita darinya." (Lihat Lum'ah Al-I'tiqod hal. 124)
Dan secara umum penamaan Ahlus Sunnnah Wal Jama’ah berbeda dengan penamaan ahlul bid'ah wal furqoh dari beberapa sisi :
Satu : Penamaan-penamaan Ahlus Sunnnah Wal Jama’ah adalah nisbah kepada generasi awal umat Islam yang berada di atas tuntunan Rasulullah shollallahu 'alaihi wa 'ala alihi wa sallam, maka penamaan tersebut akan mencakup seluruh ummat pada setiap zaman yang berjalan sesuai dengan jalan generasi awal tersebut baik dalam mengambil ilmu atau dalam pemahaman atau dalam berdakwah dan lain-lainnya.
Dua : Kandungan dari penamaan-penamaan tersebut hanyalah menunjukkan tuntunan Islam yang murni yaitu Al-Qur`an dan sunnah Rasulullah shollallahu 'alaihi wa 'ala alihi wa sallam tanpa ada penambahan atau pengurangan sedikit pun.
Tiga : Penamaan-penamaan tersebut adalah penamaan syariat yang mempunyai asal dalil dari sunnah Rasulullah shollallahu 'alaihi wa 'ala alihi wa sallam.
Empat : Penamaan-penamaan tersebut hanyalah muncul untuk membedakan antara pengikut kebenaran dan para pengekor hawa nafsu dan golongan-golongan sesat, dan sebagai bantahan terhadap bid'ah dan kesesatan mereka.
Lima : Ikatan wala' (loyalitas) dan baro' (kebencian, permusuhan) bagi orang-orang yang bernama dengan penamaan tersebut, hanyalah ikatan wala' dan baro' di atas Islam (Al-Qur`an dan Sunnah) bukan ikatan wala' dan baro' karena seorang tokoh, pemimpin, kelompok, organisasi dan lain-lainnya.
Enam : Tidak ada fanatisme bagi orang-orang yang memakai penamaan-penamaan tersebut kecuali kepada Rasulullah shollallahu 'alaihi wa 'ala alihi wa sallam karena pemimpin dan panutan mereka hanyalah satu, yaitu Rasulullah shollallahu 'alaihi wa 'ala alihi wa sallam, berbeda dengan orang-orang yang menisbahkan dirinya ke penamaan-penamaan bid'ah fanatismenya untuk golongan, kelompok atau pimpinan.
Tujuh : Penamaan-penamaan tersebut sama sekali tidak akan menjerumuskan ke dalam suatu bid'ah, maksiat maupun fanatisme kepada seseorang atau kelompok dan lain-lainnya.
Lihat : Risalah 'Ilmiah An-Nashihah Vol. 02 Rubrik Manhaj.
sumber : http://www.darussalaf.or.id/stories.php?id=919
1. Ahlus Sunnnah Wal Jama’ah sepakat pada pokok-pokok aqidah. Tidak ada perbedaan dan perselisihan diantaara mereka walaupun berbeda waktu dan tempat.
Berkata Syeikhul Islam Abul Muzhoffar Manshur bin Muhammad As-Sam'any rahimahullah : "Dan perkara yang paling jelas yang menunjukan bahwasanya ahlul hadits adalah ahlul haq, yaitu sesungguhnya jika kamu menelaah atau memperhatikan seluruh kitab-kitab yang mereka tulis, dulu maupun sekarang, walaupun negeri mereka berbeda–beda dan jaraknya berjauhan dan tinggal di negeri-negeri yang berbeda, maka kamu dapati mereka dalam menjelaskan aqidah di atas satu cara dan jalan yang sama, mereka berjalan di atas jalan tersebut dan tidak berpaling darinya dan tidak ada yang menyelisihi ucapan mereka pada yang demikian itu satupun diantara mereka, penukilan mereka satu, kamu tidak dapati pada mereka perbedaan dan perpecahan sedikitpun bahkan kalau kamu mengumpulkan seluruh yang keluar dari lisan-lisan mereka dan nukilan-nukilan mereka dari pendahulunya kamu dapatkan seakan-akan hal di atas berasal dari satu hati dan satu lisan. Maka apakah setelah kebenaran ini ada dalil yang lebih jelas darinya.
Allah berfirman (dalam surah An-Nisa` ayat 82) :
أَفَلَا يَتَدَبَّرُونَ الْقُرْءَانَ وَلَوْ كَانَ مِنْ عِنْدِ غَيْرِ اللَّهِ لَوَجَدُوا فِيهِ اخْتِلَافًا كَثِيرًا
“Maka apakah mereka tidak memperhatikan Al Qur'an? Kalau kiranya Al Qur'an itu bukan dari sisi Allah, tentulah mereka mendapat pertentangan yang banyak di dalamnya”.
Dan firman Allah (dalam surah Ali 'Imran ayat 103) :
وَاعْتَصِمُوا بِحَبْلِ اللَّهِ جَمِيعًا وَلَا تَفَرَّقُوا وَاذْكُرُوا نِعْمَةَ اللَّهِ عَلَيْكُمْ إِذْ كُنْتُمْ أَعْدَاءً فَأَلَّفَ بَيْنَ قُلُوبِكُمْ فَأَصْبَحْتُمْ بِنِعْمَتِهِ إِخْوَانًا وَكُنْتُمْ عَلَى شَفَا حُفْرَةٍ مِنَ النَّارِ فَأَنْقَذَكُمْ مِنْهَا كَذَلِكَ يُبَيِّنُ اللَّهُ لَكُمْ ءَايَاتِهِ لَعَلَّكُمْ تَهْتَدُونَ
“Dan berpeganglah kamu semuanya kepada tali (agama) Allah, dan janganlah kamu bercerai berai, dan ingatlah akan ni`mat Allah kepadamu ketika kamu dahulu (masa Jahiliyah) bermusuh musuhan, maka Allah mempersatukan hatimu, lalu menjadilah kamu karena ni`mat Allah orang-orang yang bersaudara; dan kamu telah berada di tepi jurang neraka, lalu Allah menyelamatkan kamu daripadanya. Demikianlah Allah menerangkan ayat-ayat-Nya kepadamu, agar kamu mendapat petunjuk”.
Adapun jika kamu lihat pada ahlul ahwa` wal bida', maka kamu melihat mereka bercerai berai, berselisih dalam kelompok-kelompok dan partai-partai. Hampir-hampir kamu tidak mendapati dua di antara mereka di atas satu jalan dalam keyakinannya, membid'ahkan antara satu dengan yang lain, bahkan sampai mengkafirkan, anak mengkafirkan bapaknya, seseorang mengkafirkan saudaranya, tetangga mengkafirkan tetangganya. Kamu dapati mereka paling menonjol dalam perselisihan, kebencian dan perbedaan, mereka menghabiskan umurnya sementara kalimat mereka tidak pernah sepakat. Sebagaimana firman Allah (dalam surah Al-Hasyr ayat 14) :
لَا يُقَاتِلُونَكُمْ جَمِيعًا إِلَّا فِي قُرًى مُحَصَّنَةٍ أَوْ مِنْ وَرَاءِ جُدُرٍ بَأْسُهُمْ بَيْنَهُمْ شَدِيدٌ تَحْسَبُهُمْ جَمِيعًا وَقُلُوبُهُمْ شَتَّى ذَلِكَ بِأَنَّهُمْ قَوْمٌ لَا يَعْقِلُونَ
“Mereka tiada akan memerangi kamu dalam keadaan bersatu padu, kecuali dalam kampung-kampung yang berbenteng atau di balik tembok. Permusuhan antara sesama mereka adalah sangat hebat. Kamu menganggap mereka itu bersatu padahal hati-hati mereka berpecah belah. Yang demikian itu karena sesungguhnya mereka adalah kaum yang tiada mengerti”.
lalu beliau memberi beberapa contoh kemudian beliau berkata : "Dan apakah di atas kebatilan ada dalil yang lebih jelas dari perkara ini. Allah Subhanahu wa Ta'ala berfirman :
إِنَّ الَّذِينَ فَرَّقُوا دِينَهُمْ وَكَانُوا شِيَعًا لَسْتَ مِنْهُمْ فِي شَيْءٍ إِنَّمَا أَمْرُهُمْ إِلَى اللَّهِ ثُمَّ يُنَبِّئُهُمْ بِمَا كَانُوا يَفْعَلُونَ
"Sesungguhnya orang-orang yang memecah belah agamanya dan mereka (terpecah) menjadi beberapa golongan, tidak ada sedikitpun tanggung jawabmu terhadap mereka. Sesungguhnya urusan mereka hanyalah (terserah) kepada Allah, kemudian Allah akan memberitahukan kepada mereka apa yang telah mereka perbuat".(QS. Al-An'am : 159)
(lihat : Al-Intishor li Ahlil Hadits dengan perantaraan Shaunul Mantiq hal. 165-170, Al-Hujjah Fii Bayani Al-Mahajjah 2/222-230, Mukhtashor Ash-Showa'iq hal. 496-498).
2. Diantara karakteristik yang paling jelas membedakan antara Ahlus Sunnnah Wal Jama’ah dengan ahlul bid'ah wal furqoh adalah hakikat nama dan penyandaran. Ahlus Sunnnah Wal Jama’ah pada setiap penamaannya ; Salafiyun, Ath-Thoifah Al-Manshurah, Al-Firqoh An-Najiyah dan Ahlul Hadits, semuanya adalah sandaran kepada Sunnah dan Jama'ah yang hanya menggambarkan Islam yang hakiki. Adapun ahlul bid'ah wal furqoh, penyandarkan diri mereka kadang kepada seseorang dari ahlul bid'ah atau pimpinan kesesatan seperti Jahmiyah, Kullabiyah, Maturidiyah, Jama'ah Tabligh, Ikhwanul Muslimin, Sururiyah, Quthbiyah. Dan kadang kepada pokok kesesatan mereka seperti Qodariyah, Jabariyah dan Murji`ah. Dan kadang kepada bentuk dan sifat kesesatan mereka seperti Rofidhoh, Shufiyah, Falasifah, Bathiniyah, Mu'tazilah dan Musyabbihah.
Berkata Al-Maqdisy : "Dan semua yang memberi nama selain Islam dan sunnah adalah ahlul bid'ah seperti Rafidhah (Syi'ah), Jahmiyah, Khawarij, Murji`ah, Mu'tazilah, Karramiyah, Kullabiyah, dan yang seperti mereka. Ini adalah kelompok-kelompok sesat dan kelompok-kelompok bid'ah. Semoga Allah melindungi kita darinya." (Lihat Lum'ah Al-I'tiqod hal. 124)
Dan secara umum penamaan Ahlus Sunnnah Wal Jama’ah berbeda dengan penamaan ahlul bid'ah wal furqoh dari beberapa sisi :
Satu : Penamaan-penamaan Ahlus Sunnnah Wal Jama’ah adalah nisbah kepada generasi awal umat Islam yang berada di atas tuntunan Rasulullah shollallahu 'alaihi wa 'ala alihi wa sallam, maka penamaan tersebut akan mencakup seluruh ummat pada setiap zaman yang berjalan sesuai dengan jalan generasi awal tersebut baik dalam mengambil ilmu atau dalam pemahaman atau dalam berdakwah dan lain-lainnya.
Dua : Kandungan dari penamaan-penamaan tersebut hanyalah menunjukkan tuntunan Islam yang murni yaitu Al-Qur`an dan sunnah Rasulullah shollallahu 'alaihi wa 'ala alihi wa sallam tanpa ada penambahan atau pengurangan sedikit pun.
Tiga : Penamaan-penamaan tersebut adalah penamaan syariat yang mempunyai asal dalil dari sunnah Rasulullah shollallahu 'alaihi wa 'ala alihi wa sallam.
Empat : Penamaan-penamaan tersebut hanyalah muncul untuk membedakan antara pengikut kebenaran dan para pengekor hawa nafsu dan golongan-golongan sesat, dan sebagai bantahan terhadap bid'ah dan kesesatan mereka.
Lima : Ikatan wala' (loyalitas) dan baro' (kebencian, permusuhan) bagi orang-orang yang bernama dengan penamaan tersebut, hanyalah ikatan wala' dan baro' di atas Islam (Al-Qur`an dan Sunnah) bukan ikatan wala' dan baro' karena seorang tokoh, pemimpin, kelompok, organisasi dan lain-lainnya.
Enam : Tidak ada fanatisme bagi orang-orang yang memakai penamaan-penamaan tersebut kecuali kepada Rasulullah shollallahu 'alaihi wa 'ala alihi wa sallam karena pemimpin dan panutan mereka hanyalah satu, yaitu Rasulullah shollallahu 'alaihi wa 'ala alihi wa sallam, berbeda dengan orang-orang yang menisbahkan dirinya ke penamaan-penamaan bid'ah fanatismenya untuk golongan, kelompok atau pimpinan.
Tujuh : Penamaan-penamaan tersebut sama sekali tidak akan menjerumuskan ke dalam suatu bid'ah, maksiat maupun fanatisme kepada seseorang atau kelompok dan lain-lainnya.
Lihat : Risalah 'Ilmiah An-Nashihah Vol. 02 Rubrik Manhaj.
sumber : http://www.darussalaf.or.id/stories.php?id=919
0 komentar:
Posting Komentar