Sabtu, 24 September 2011

KARAKTERISTIK MANHAJ / DA'WAH AHLUS SUNNAH WAL JAMA'AH - bagian 1

Penulis: Al-Ustadz Luqman Jamal, Lc 


Karakteristik manhaj/dakwah Ahlus Sunnah Wal Jama'ah yang membedakannya dengan ahlul bid'ah sangat banyak dan telah dijelaskan oleh para Imam Ahlus Sunnah Wal Jama'ah dalam banyak kitab karya mereka dan tersebar luas di kalangan kaum muslimin, untuk itu kami sebutkan disini sebagian dari karakteristik tersebut. Mudah-mudahan bermanfaat bagi para pembaca dan kaum muslimin pada umumnya untuk mengetahui manhaj / dakwah Ahlussunnah wal Jama'ah yang sebenarnya. Amin. Diantara karakteristik tersebut adalah sebagai berikut :





1. Ahlus Sunnah Wal Jama'ah dalam menerima dan mengambil agama dari Al-Qur`an dan As-Sunnah yang shahih.



Allah Subhanahu Wa Ta’ala berfirman :



اتَّبِعُوا مَا أُنْزِلَ إِلَيْكُمْ مِنْ رَبِّكُمْ وَلَا تَتَّبِعُوا مِنْ دُونِهِ أَوْلِيَاءَ قَلِيلًا مَا تَذَكَّرُونَ

“Ikutilah apa yang diturunkan kepadamu dari Rabb-mu dan janganlah kamu mengikuti pemimpin-pemimpin selain-Nya. Amatlah sedikit kalian mengambil pelajaran (daripadanya)”.(QS.Al-A’raf : 3)



Dan Allah Jalla Dzikruhu menyatakan dalam surah Al-Hujurat ayat 1 :



يَاأَيُّهَا الَّذِينَ ءَامَنُوا لَا تُقَدِّمُوا بَيْنَ يَدَيِ اللَّهِ وَرَسُولِهِ

“Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu mendahului Allah dan Rasul-Nya”.



Dan Rasulullah shollallahu 'alaihi wa ala alihi wa sallam bersabda :



تَرَكْتُ فِيْكُمْ شَيْئَيْنِ لَنْ تَضِلُّوْا بَعْدَهُمَا : كَتَابَ اللهِ وَسُنَّتِيْ وَلَنْ يَتَفَرَّقَا حَتَّى يَرِدَا عَلَيَّ الْحَوْضَ

"Saya meninggalkan kepada kalian dua perkara, kalian tidak akan sesat sesudahnya (yaitu) Kitabullah dan Sunnahku dan keduanya tidak akan bercerai sampai keduanya menemuiku di telaga". (Shohih Jami' Ash-Shoghir karya Al-Albany jilid 3 hal. 39 no. 2934).



Berkata Imam Az-Zuhry rahimahullah : “Dari Allah (turunnya) Ar-Risalah (agama,syari’at) dan kewajiban Rasul (shollallahu 'alaihi wa ala alihi wa sallam) adalah menyampaikan dan kewajiban kita adalah At-Taslim (menerima, tunduk, berserahkan diri)". (Diriwayatkan oleh Imam Al-Bukhary dalam Kitab At-Tauhid secara mu’allaq, lihat Fathul Bary 13/508).

Dan Imam Ath-Thohawy menyatakan : “Tidaklah tsabit (kuat) keislaman seseorang kecuali dengan menerima dan berserah diri (kepada kitab dan sunnah-pent.) dengan sepenuh hati”. (Dari Syarh Al-Aqidah Ath-Thohawiyah hal.201)



2. Ahlus Sunnnah Wal Jama’ah tidak membedakan antara Al-Qur`an dan As-Sunnah karena keduanya dari sisi Allah Azza wa Jalla dan keharusan menerimanya adalah sama.



Allah Azza Wa Jalla berfirman :



وَمَا يَنْطِقُ عَنِ الْهَوَى إِنْ هُوَ إِلَّا وَحْيٌ يُوحَى

"Dan tidaklah yang dia (Rasulullah) ucapkan itu menurut kemauan hawa nafsunya. Ucapannya itu tiada lain

kecuali wahyu yang diwahyukan padanya. (QS.An-Najm : 3-4)

Dan Allah Subhanahu Wa Ta’ala berfirman :



مَنْ يُطِعِ الرَّسُولَ فَقَدْ أَطَاعَ اللَّهَ

"Barangsiapa yang mentaati Rasul, sesungguhnya ia telah mentaati Allah". (An-Nisa` : 80)



Dan Rasulullah shollallahu 'alaihi wa ala alihi wa sallam bersabda :



أَلاََ إِنِّيْ أُوْتِيْتُ الْقُرْآنَ وَمِثْلَهُ مَعَهُ

"Ketahuilah sesungguhnya saya telah diberi Al-Qur`an dan yang semisal dengannya". (HR.Ahmad 4/130-131,Abu Daud 5/13 No.4605 dan dishohihkan oleh Al-Albany rahimahullah dalam Shohih Al Jami' 2643.)



3. Ahlus Sunnnah Wal Jama’ah berhujjah dengan hadits-hadits yang shohih, baik yang mutawatir maupun Ahad, baik dalam masalah Aqidah maupun Ahkam dan tidak ada perbedaan antara keduanya.



Allah Ta'ala berfirman :



وَمَا ءَاتَاكُمُ الرَّسُولُ فَخُذُوهُ وَمَا نَهَاكُمْ عَنْهُ فَانْتَهُوا

"Dan apa-apa yang Rasul datangkan kepada kalian maka terimalah dan apa-apa yang beliau larang maka tinggalkanlah" (QS. Al-Hasyr :7 )



Allah Ta'ala berfirman :



فَإِنْ تَنَازَعْتُمْ فِي شَيْءٍ فَرُدُّوهُ إِلَى اللَّهِ وَالرَّسُولِ إِنْ كُنْتُمْ تُؤْمِنُونَ بِاللَّهِ وَالْيَوْمِ الْآخِرِ ذَلِكَ خَيْرٌ وَأَحْسَنُ تَأْوِيلًا

"Kemudian jika kalian berlainan pendapat tentang sesuatu, maka kembalikanlah ia kepada Allah (Al Qur`an) dan Rasul (sunnahnya), jika kamu benar-benar beriman kepada Allah dan hari kemudian. Yang demikian itu lebih utama (bagimu) dan lebih baik akibatnya.". (An-Nisa` : 59)



Berkata Ibnu Hazm rahimahullah dalam Al-Ihkam hal 102 : "Maka benarlah dengan ini bahwa ummat ber-ijma' (bersepakat) dalam menerima khabar ahad seorang yang terpercaya dari Nabi shollallahu 'alaihi wa 'ala alihi wa sallam dan juga seluruh kaum muslimin menerima khabar ahad seorang yang terpercaya dari Nabi shollallahu 'alaihi wa ala alihi wa sallam."

Berkata Ibnul Qoyyim rahimahullah dalam Ash-Showa'iq Al-Mursalah 2/262 : "Maka yang dijadikan sandaran oleh orang-orang yang menafikan ilmu (yakin) dari hadits-hadits Nabi shollallahu 'alaihi wa 'ala alihi wa sallam, yang dengan hal tersebut mereka telah mengoyak/merobek ijma' para shahabat yang dimaklumi secara darurat (pasti) dalam agama, (mengoyak) ijma' para tabi'in dan ijma' para imam kaum muslimin. Dan mereka (yaitu orang-orang yang menafikan bahwa hadits ahad memberi faedah ilmu-pent.) dengan hal tersebut telah mencocoki kaum Mu'tazilah, Jahmiyah, Rafidhoh dan Khawarij".



4. Ahlus Sunnnah Wal Jama’ah dalam memahami, mengambil dan mengamalkan Al-Qur`an dan As-Sunnah yang shohih dengan mengikuti jalan As-Salaf Ash-Sholeh.



Allah Azza wa Jalla kewajiban mengikuti jalan mereka dalam firman-Nya :



وَالسَّابِقُونَ الْأَوَّلُونَ مِنَ الْمُهَاجِرِينَ وَالْأَنْصَارِ وَالَّذِينَ اتَّبَعُوهُمْ بِإِحْسَانٍ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُمْ وَرَضُوا عَنْهُ وَأَعَدَّ لَهُمْ جَنَّاتٍ تَجْرِي تَحْتَهَا الْأَنْهَارُ خَالِدِينَ فِيهَا أَبَدًا ذَلِكَ الْفَوْزُ الْعَظِيمُ

"Orang-orang yang terdahulu lagi yang pertama-tama (masuk Islam) di antara orang-orang muhajirin dan anshar dan orang-orang yang mengikuti mereka dengan baik, Allah ridha kepada mereka dan merekapun ridha kepada Allah dan Allah menyediakan bagi mereka surga-surga yang mengalir sungai-sungai di dalamnya; mereka kekal di dalamnya selama-lamanya. Itulah kemenangan yang besar". (QS. At-Taubah : 100)



Dan Allah Subhanahu Wa Ta'ala mengancam orang yang menyelisihi jalan mereka dengan firman-Nya :



وَمَنْ يُشَاقِقِ الرَّسُوْلَ مِنْ بَعْدِ مَا تَبَيَّنَ لَهُ الْهُدَى وَيَتَّبِعْ غَيْرَ سَبِيْلِ الْمُؤْمِنِيْنَ نُوَلِّهِ مَا تَوَلَّى وَنُصْلِهِ جَهَنَّمَ وَسَاءَتْ مَصِيْرًا

"Dan barangsiapa yang menentang Rasul sesudah jelas kebenaran baginya dan mengikuti jalan yang bukan jalan orang-orang mu`min, maka Kami biarkan ia larut terhadap kesesatan yang telah dikuasainya itu dan Kami masukkan ia ke dalam Jahannam, dan Jahannam itu seburuk-buruk tempat kembali".".(QS. An-Nisa :115)



Dan Rasulullah shollallahu 'alaihi wa ala alihi wa sallam bersabda :



عَلَيْكُمْ بِسُنَّتِي وَسُنَّةِ الخُلَفَاءِ المَهْدِيْيِنَ الرَّاشِدِيْنَ تَمَسَّكُوْا بِهَا وَعَضُّوا عَلَيْهَا بِالنَّوَاجِذِ وَإِيَاكُمْ وَمُحْدَثَاتِ الأُمُوْرِ فَإِنَّ كُلَّ مُحْدَثَةٍ بِدْعَةٌ وَكُلَّ بِدْعَةٍ ضَلاَلَةٌ

"Wajib atas kalian untuk berpegang teguh kepada sunnahku dan kepada sunnah Al Khulafa yang mendapat hidayah dan petunjuk. Berpegang teguhlah dengannya dan gigitlah dengan gigi-gigi geraham kalian. Dan hati-hatilah terhadap perkara yang baru dalam agama. Karena sesungguhnya semua perkara yang baru dalam agama adalah bid’ah, dan semua bid’ah adalah sesat".



Kata Imam Ahmad (Ushul As-Sunnah hal.14) : "Dasar–dasar sunnah (agama) di sisi kami adalah berpegang teguh pada apa yang ada pada shahabat Rasulullah shollallahu 'alaihi wa ala alihi wa sallam, mencontoh mereka dan menjauhi bid'ah-bid'ah karena setiap bid'ah adalah kesesatan".

Dan berkata Imam Ash-Shabuni (Aqidatus Salaf hal.114) : "Dan mereka (Ahlus Sunnah Wal Jama'ah, Ahlul Hadits-pent.) mengikuti para salaf yang sholeh dari Imam-Imam dalam agama dan ulama-ulama kaum muslimin dan mereka berpegang teguh sesuai dengan apa yang ada pada mereka, memegang teguh agama dengan kokoh dan berada di atas kebenaran yang nyata".



5. Berdasarkan point di atas Ahlus Sunnnah Wal Jama’ah meyakini bahwa jalan As-Salaf Ash-Sholeh adalah Aslam (lebih selamat), A'lam (lebih 'alim) dan Ahkam (lebih berhikmah) tidak sebagaimana yang disangka oleh Ahlul Kalam dan semisalnya bahwa jalan As-Salaf Ash-Sholeh hanya Aslam sedangkan jalan Khalaf (Orang-orang belakangan) A'lam dan Ahkam.



Berkata Syeikhul Islam Ibnu Taimiyah : "Dan sungguh mereka telah membuat kedustaan terhadap jalan Salaf dan mereka telah sesat dengan membenarkan jalan Khalaf. Maka merekapun mengumpulkan antara kebodohan tentang jalannya Salaf dengan berdusta atas mereka dan antara kebodohan dan kesesatan dengan membenarkan jalannya Khalaf. ( Lihat :Fatawa Al-Hamawiyah Al-Kubro hal. 31-32, cet. Maktabatu Harro`)



6. Ahlus Sunnnah Wal Jama’ah memulai dakwah mereka dengan yang paling penting kemudian yang penting setelahnya. Karena mereka mendahulukan apa yang didahulukan oleh Allah dan rasul-Nya dan mengakhirkan apa yang diakhirkan oleh Allah dan rasul-Nya.

Allah Subhanahu Wa Ta'ala berfirman :



وَلَقَدْ ءَاتَيْنَا مُوسَى الْكِتَابَ مِنْ بَعْدِ مَا أَهْلَكْنَا الْقُرُونَ الْأُولَى بَصَائِرَ لِلنَّاسِ وَهُدًى وَرَحْمَةً لَعَلَّهُمْ يَتَذَكَّرُونَ

"Dan sesungguhnya telah Kami berikan kepada Musa Al-Kitab (Taurat) sesudah Kami binasakan generasi-generasi yang terdahulu, untuk menjadi pelita bagi manusia dan petunjuk dan rahmat, agar mereka ingat. ". (QS.Al-Qashash : 43)

Syeikh Sholih Al-Fauzan hafizhohullah dalam kaset yang berjudul “Al-Qowa’id Fii Al-Minhaj” menukil dari Syeikhul Islam Ibnu Taimiyah bahwa ayat ini menunjukkan sesungguhnya ahkam (hukum-hukum) itu turun setelah tetapnya syari'at ketika Allah telah membinasakan Fir'aun dan kaumnya. Kemudian setelah dakwah nabi Musa 'alihissalam kokoh, barulah Allah menurunkan kepadanya Al-Kitab yaitu Taurat.

Dan juga dalam hadits Jabir bin Abdillah radhiyallahu 'anhuma, Rasulullah shollallahu 'alaihi wa ala alihi wa sallam bersabda :



نَبْدَأُ بِمَا بَدَأَ اللهُ بِهِ

"Kami memulai dengan apa yang Allah memulai dengannya". (HSR. Muslim)

7. Prioritas utama dakwah Ahlus Sunnnah Wal Jama’ah adalah dakwah kepada tauhid. Karena itu merupakan misi dakwah para nabi dan rasul di muka bumi ini. Mereka memulai dakwahnya dengan tauhid dan mengakhirinya dengan tauhid.

Allah Azza wa Jalla berfirman :



وَلَقَدْ بَعَثْنَا فِي كُلِّ أُمَّةٍ رَسُولًا أَنِ اُعْبُدُوا اللَّهَ وَاجْتَنِبُوا الطَّاغُوتَ

"Dan sesungguhnya Kami telah mengutus rasul pada tiap-tiap umat (untuk menyerukan) : "Sembahlah Allah (saja), dan jauhilah Thaghut itu".". (QS. An-Nahl : 30)

Dan Allah Jalla Dzikruhu berfirman :



وَمَا أَرْسَلْنَا مِنْ قَبْلِكَ مِنْ رَسُولٍ إِلَّا نُوحِي إِلَيْهِ أَنَّهُ لَا إِلَهَ إِلَّا أَنَا فَاعْبُدُونِ

"Dan Kami tidak mengutus seorang rasulpun sebelum kamu, melainkan Kami wahyukan kepadanya: "Bahwasanya tidak ada sesembahan (yang hak) melainkan Aku, maka sembahlah olehmu sekalian akan Aku".". (QS. Al-Nahl : 36)

Dan Allah Jalla Sya`nuhu menyatakan :



وَلَقَدْ أُوحِيَ إِلَيْكَ وَإِلَى الَّذِينَ مِنْ قَبْلِكَ لَئِنْ أَشْرَكْتَ لَيَحْبَطَنَّ عَمَلُكَ وَلَتَكُونَنَّ مِنَ الْخَاسِرِينَ

"Dan sesungguhnya telah diwahyukan kepadamu dan kepada (nabi-nabi) yang sebelummu : "Jika kamu mempersekutukan (Allah), niscaya akan hapuslah amalmu dan tentulah kamu termasuk orang-orang yang merugi.". (QS. Az-Zumar : 65)



Dan Allah Rabbul 'Izzah berfirman :

أَمْ كُنْتُمْ شُهَدَاءَ إِذْ حَضَرَ يَعْقُوبَ الْمَوْتُ إِذْ قَالَ لِبَنِيهِ مَا تَعْبُدُونَ مِنْ بَعْدِي قَالُوا نَعْبُدُ إِلَهَكَ وَإِلَهَ ءَابَائِكَ إِبْرَاهِيمَ وَإِسْمَاعِيلَ وَإِسْحَاقَ إِلَهًا وَاحِدًا وَنَحْنُ لَهُ مُسْلِمُونَ

"Adakah kamu hadir ketika Ya'qub kedatangan (tanda-tanda) maut, ketika ia berkata kepada anak-anaknya : "Apa yang kamu sembah sepeninggalku?" Mereka menjawab : "Kami akan menyembah sesembahanmu dan sesembahan nenek moyangmu, Ibrahim, Ismail dan Ishaq, (yaitu) sesembahan Yang Maha Esa dan kami hanya tunduk patuh kepada-Nya" (QS.Al-Baqarah : 133).

Dan dari Ibnu Abbas radhiyallahu 'anhuma, beliau berkata :



لَمَّا بَعَثَ النَّبِيُّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَعَلَى آلِهِ وَسَلَّمَ مُعَاذَ بْنَ جَبَلٍ إِلَى الْيَمَنِ قَالَ لَهُ إِنَّكَ تَقْدُمُ عَلَى قَوْمٍ مِنْ أَهْلِ الْكِتَابِ فَلْيَكُنْ أَوَّلَ مَا تَدْعُوْهُمْ إِلَى أَنْ يُوَحِّدُوْا اللهَ تَعَالَى.

"Tatkala Nabi shollallahu 'alaihi wa 'ala alihi wa sallam mengutus Mu'adz bin Jabal ke Yaman beliau berkata kepadanya : "Sesungguhnya engkau akan mendatangi suatu kaum dari Ahli Kitab, maka hendaknya yang engkau dakwahkan di awal kali kepada mereka adalah untuk mentauhidkan Allah Ta'ala". (HSR.Bukhary-Muslim)

Dan di akhir hayat Rasulullah shollallahu 'alaihi wa ala alihi wa sallam dalam keadaan sakit, beliau juga memperingatkan dari kesyirikan sebagaimana sabda beliau :



لَعَنَ اللهُ الْيَهُوْدَ وَالنَّصَارَىَ اتَّخَذُوْا قُبُوْرَ أَنْبِيَائِهِمْ مَسَاجِدَ

"Allah telah melaknat orang yahudi dan nashoro, mereka menjadikan kubur para nabi mereka sebagai masjid". (HSR.Bukhary-Muslim)



8. Dakwah Ahlus Sunnnah Wal Jama’ah adalah dakwah sumuliyah (universal) mencakup seluruh bagian agama tanpa terkecuali. Mereka mengagungkan dan memuliakan seluruh perkara agama karena sifat syariat itu adalah cocok untuk segala zaman, setiap umat dan keadaan.

Allah Jalla wa 'ala berfirman :



يَاأَيُّهَا الَّذِينَ ءَامَنُوا ادْخُلُوا فِي السِّلْمِ كَافَّةً وَلَا تَتَّبِعُوا خُطُوَاتِ الشَّيْطَانِ إِنَّهُ لَكُمْ عَدُوٌّ مُبِينٌ

“Hai orang-orang yang beriman, masuklah kamu ke dalam Islam secara keseluruhannya, dan janganlah kamu turut langkah-langkah syaitan. Sesungguhnya syaitan itu musuh yang nyata bagimu”. (QS. Al-Baqorah : 208)

Kata Ibnu Katsir mentafsirkan ayat ini : "Allah Ta'ala berfirman memerintahkan hamba-hamba-Nya yang beriman kepada-Nya lagi membenarkan rasul-Nya, untuk mengambil seluruh bagian-bagian Islam dan syariatnya, mengerjakan semua perintah-perintahnya dan meninggalkan seluruh larangannya sesuai dengan apa yang mereka mampu".

Dan Allah Jalla tsana`uhu berfirman :



ذَلِكَ وَمَنْ يُعَظِّمْ شَعَائِرَ اللَّهِ فَإِنَّهَا مِنْ تَقْوَى الْقُلُوبِ

"Demikianlah (perintah Allah). Dan barangsiapa mengagungkan syi`ar-syi`ar Allah, maka sesungguhnya itu timbul dari ketakwaan hati". (QS. Al-Hajj : 32)

Dan Allah Azzat Azhomatuhu berfirman :



ذَلِكَ وَمَنْ يُعَظِّمْ حُرُمَاتِ اللَّهِ فَهُوَ خَيْرٌ لَهُ عِنْدَ رَبِّهِ

"Demikianlah (perintah Allah). Dan barangsiapa mengagungkan apa-apa yang terhormat di sisi Allah maka itu adalah yang terbaik baginya di sisi Rabbnya". (QS. Al-Hajj : 30)

Bahkan perkara-perkara yang kelihatannya sepelepun diterangkan dalam agama ini sehingga membuat orang-orang musyrikin dan ahlul kitab iri hati dan dengki sebagaimana dalam hadits Salman Al-Farisy beliau berkata :



قَالَ لَنَا الْمُشْرِكُوْنَ هَلْ عَلَّمَكُمْ نَبِيُّكُمْ كُلَّ شَيْئٍ حَتَّى الْخِرَاءَةَ, قَالَ أَجَلْ لَقَدْ نَهَانَا أَنْ نَسْتَقْبِلَ الْقِبْلَةَ بِغَائِطٍ أَوْ بَوْلٍ أَوْ نَسْتَنْجِيَ بِالْيَمِيْنِ أَوْ أَنْ نَسْتَنْجِيَ بِأَقَلِّ مِنْ ثَلاَثَةِ أَحْجَارٍ أَوْ أَنْ نَسْتَنْجِيَ بِرَجِيْعٍ أَوْ بِعَظْمٍ.

"Kaum musyrikin berkata kepada kami : "Apakah nabi kalian mengajarkan kepada kalian segala sesuatu sampai (masalah) tata cara buang air, maka dia menjawab : benar, sungguh beliau telah melarang kami menghadap ke kiblat ketika buang air besar atau kencing, (melarang) kami beristinja` dengan tangan kanan, (melarang) kami beristinja` kurang dari tiga batu atau kami beristinja` dengan kotoran atau tulang. (HR.Muslim)



9. Ahlus Sunnnah Wal Jama’ah terus-menerus menampakkan kebenaran dan membelanya sampai hari kiamat dan tidak takut cercaan orang yang mencela mereka.



Allah 'Azza wa Jalla berfirman :



فَاصْدَعْ بِمَا تُؤْمَرُ وَأَعْرِضْ عَنِ الْمُشْرِكِينَ

"Maka sampaikanlah olehmu secara terang-terangan segala apa yang diperintahkan (kepadamu) dan berpalinglah dari orang-orang yang musyrik." (QS. Al-Hijr : 94)



Dan Allah Jalla tsana`uhu berfirman :



وَكَذَلِكَ نُفَصِّلُ الْآيَاتِ وَلِتَسْتَبِينَ سَبِيلُ الْمُجْرِمِينَ

"Dan demikianlah Kami terangkan ayat-ayat Al Qur'an, (supaya jelas jalan orang-orang yang saleh) dan supaya jelas (pula) jalan orang-orang yang berdosa.". (QS. Al-An'am : 55)



Dan Allah Jalla Sya`nuhu telah mengambil janji kepada manusia supaya tidak menyembunyikan kebenaran dalam firman-Nya :



وَإِذْ أَخَذَ اللَّهُ مِيثَاقَ الَّذِينَ أُوتُوا الْكِتَابَ لَتُبَيِّنُنَّهُ لِلنَّاسِ وَلَا تَكْتُمُونَهُ

"Dan (ingatlah), ketika Allah mengambil janji dari orang-orang yang telah diberi kitab (yaitu): "Hendaklah kamu menerangkan isi kitab itu kepada manusia, dan jangan kamu menyembunyikannya." (QS. Ali 'Imran : 187)



Dan Allah Jalla Sya`nuhu menyatakan ancaman untuk mereka yang menyembunyikan kebenaran dalam firman-Nya :



إِنَّ الَّذِينَ يَكْتُمُونَ مَا أَنْزَلَ اللَّهُ مِنَ الْكِتَابِ وَيَشْتَرُونَ بِهِ ثَمَنًا قَلِيلًا أُولَئِكَ مَا يَأْكُلُونَ فِي بُطُونِهِمْ إِلَّا النَّارَ وَلَا يُكَلِّمُهُمُ اللَّهُ يَوْمَ الْقِيَامَةِ وَلَا يُزَكِّيهِمْ وَلَهُمْ عَذَابٌ أَلِيمٌ

"Sesungguhnya orang-orang yang menyembunyikan apa yang telah diturunkan Allah, yaitu Al Kitab dan menjualnya dengan harga yang sedikit (murah), mereka itu sebenarnya tidak memakan (tidak menelan) ke dalam perutnya melainkan api, dan Allah tidak akan berbicara kepada mereka pada hari kiamat dan tidak akan mensucikan mereka dan bagi mereka siksa yang amat pedih.". (QS. Al-Baqorah : 174)



Dan Rasulullah shollallahu 'alaihi wa 'ala alihi wa sallam bersabda dalam hadits yang mutawatir riwayat Bukhary,Muslim dan lain-lainnya :



لاَ تَزَالُ طَائِفَةٌ مِنْ أُمَّتِيْ ظَاهِرِيْنَ عَلَى الْحَقِّ لاَ يَضُرُّهُمْ مَنْ خَذَلَهُمْ وَلاَ مَنْ خَالَفَهُمْ حَتَّى يَأْتِيَ أَمْرُ اللهِ وَهُمْ كَذَلِكَ

“Terus menerus ada sekelompok dari ummatku yang mereka tetap nampak di atas kebenaran, tidak membahayakan mereka orang mencerca dan orang yang menyelisihi mereka sampai datang ketentuan Allah (hari kiamat) dan mereka dalam keadaan seperti itu”.



Dan dalam hadits 'Ubadah bin Shomit riwayat Bukhary-Muslim, beliau membaiat Rasulullah shollallahu 'alaihi wa 'ala alihi wa sallam atas beberapa perkara, diantaranya :



وَعَلَى أَنْ نَقُوْلَ الْحَقَّ أَيْنَمَا كُنَّا لَا نَخَافُ فِي اللهِ لَوْمَةَ لَائِمٍ

"Dan agar kami mengucapkan kebenaran dimanapun kami berada, kami tidak boleh takut di (jalan) Allah terhadap cercaan orang yang mencerca."



Dan dari Abu Dzar Al-Ghifary radhiyallahu 'anhu, Rasulullah shollallahu 'alaihi wa 'ala alihi wa sallam memerintahkannya dengan tujuh perkara, diantaranya :



وَأَنْ أَقُوْلَ الْحَقَّ وَإِنْ كَانَ مُرًّا

"Dan hendaknya aku mengucapkan kebenaran walaupun itu pahit". (H.R Ahmad 5/159.173 dan lain-lainnya dan dishohihkan oleh Al-Muddits Al-'Allamah Al-Albany rahimahullah dalam Ash-Shohihah no. 2166 dan Syaikh Muqbil Al-Wadi'iy rahimahullah dalam Ash-Shohih Al-Musnad)





10. Ahlus Sunnnah Wal Jama’ah tetap di atas Al-Haq dan tidak ragu, bimbang, goncang, atau kontradiksi sebagaimana kebiasaannya pengekor hawa nafsu.



Allah Subhanahu wa Ta'ala berfirman :



وَلَوْلَا أَنْ ثَبَّتْنَاكَ لَقَدْ كِدْتَ تَرْكَنُ إِلَيْهِمْ شَيْئًا قَلِيلًا إِذًا لَأَذَقْنَاكَ ضِعْفَ الْحَيَاةِ وَضِعْفَ الْمَمَاتِ ثُمَّ لَا تَجِدُ لَكَ عَلَيْنَا نَصِيرًا

"Dan kalau Kami tidak memperkuat (hati) mu, niscaya kamu hampir-hampir condong sedikit kepada mereka, kalau terjadi demikian, benar-benarlah Kami akan rasakan kepadamu (siksaan) berlipat ganda di dunia ini dan begitu (pula siksaan) berlipat ganda sesudah mati, dan kamu tidak akan mendapat seorang penolongpun terhadap Kami". (QS. Al-Isra` : 74-75)



Dan Rasulullah shollallahu 'alaihi wa 'ala alihi wa sallam bersabda dalam hadits Abu Hurairah :



إِنَّ مِنْ شَرِّ النَّاسِ ذَا الْوَجْهَيْنِ الَّذِيْ يَأْتِيْ هَؤُلَاءِ بِوَجْهٍ وَهَؤُلَاءِ بِوَجْهٍ

"Sesungguhnya dari sejelel-jelek manusia adalah yang mempunyai dua muka yang datang kepada mereka (suatu kaum) dengan satu wajah dan (datang) kepada mereka (kaum yang lain) dengan dengan satu wajah (yang lain) ". (HSR. Bukhary-Muslim)



Mereka selalu ingat dan memperhatikan nasehat Hudzaifah bin Yaman kepada Abu Mas'ud radhiyallahu 'anhuma :



اعْلَمْ أَنَّ الضَّلاَلَةَ حَقَّ الضَّلاَلَةِ أَنْ تَعْرِفَ مَا كُنْتَ تُنْكِرُ وَأَنْ تُنْكِرَ مَا كُنْتَ تَعْرِفُ وَإِيَّاكَ وَالتَّلَوُّنَ فَإِنَّ دِيْنَ اللهِ وَاحِدٌ

"Ketahuilah bahwa sesungguhnya kesesatan yang sebenarnya adalah kamu ketahui apa yang dulu kamu ingkari dan kamu ingkari apa yang dulu kamu ketahui dan berhati-hatilah terhadap berubah-ubah dalam agama karena sesungguhnya agama Allah itu satu". (Diriwayatkan oleh Ma'mar bin Rasyid dalam Jami'nya sebagaimana di akhir Mushonnaf 'Abdurrazzaq 11/249, Ibnu Abi Syaibah dalam Mushonnafnya 7/140, Al-Harits bin Abi Usamah dalam Musnadnya no. 470 (Zawa`id Al-Haitsamy), Al-Baihaqy 10/42 dan Al-Lalaka`iy dalam Ushul I'tiqod Ahlis Sunnah Wal Jama'ah 1/90)



sumber : http://www.darussalaf.or.id/stories.php?id=905

0 komentar:

Posting Komentar