Selasa, 19 Juni 2012

Memperhatikan Pendidikan Anak ( 1 )

Oleh Ustadz Ayip
Para nabi dan rasul yang Allah Ta’ala utus ke muka bumi ini selalu memberi perhatian kepada anak-anaknya. Kisah para nabi atau rasul beserta anak-anak mereka banyak diabadikan di dalam Alqur’an. Kisah mereka memberi gambaran, betapa sangat urgen memperhatikan keadaan anak, terlebih masalah pendidikan diniyah (agama).
Nabi Nuh ‘alaihissalam tetap menasihati anaknya untuk tidak bergaul dengan kelompok masyarakat yang kufur kepada Allah Ta’ala. Saat kondisi sedemikian kritis, Nabi Nuh ‘alaihissalam menyeru anaknya untuk tetap bersamanya menaiki perahu. Kala itu, air bah yang begitu dahsyat akan menenggelamkan manusia-manusia yang kufur kepada Al-Khaliqurrahman, Allah Subhanahu wa Ta’ala.
وَنَادَىٰ نُوحٌ ابْنَهُ وَكَانَ فِي مَعْزِلٍ يَا بُنَيَّ ارْكَب مَّعَنَا وَلَا تَكُن مَّعَ الْكَافِرِينَ
“…Dan Nuh memanggil anaknya, sedang anak itu berada di tempat yang jauh terpencil: Wahai anakku, naiklah (ke kapal) bersama kami, dan janganlah kamu berada bersama orang-orang kafir.” (QS. Hud:42)
Nabi Nuh ‘alaihissalam menasihati anaknya untuk berlepas diri dari orang-orang kafir.
Nilai pendidikan yang bisa dipetik dari kisah di atas, sungguh menanamkan semangat al-wala’ wal-bara’ terasa amat penting. Apalagi ditengah kehidupan manusia sekarang yang mengangkat tinggi paham pluralisme sebagai paham yang dijejalkan ke dalam kehidupan kaum muslimin. Melalui paham pluralisme, manusia dihasung untuk membenarkan semua paham agama. Padahal agama yang benar dan diridhai disisi Allah hanyalah Islam.
Bagaimana mungkin seorang anak akan memiliki kepribadian seorang muslim yang benar, jika apa yang dilihat dalam keseharian adalah perilaku kaum kafir. Bagaimana mungkin kebiasaan-kebiasaan yang islamis akan tertanam pada diri anak, jika orang-orang yang berada disekitarnya adalah orang-orang yang tidak beriman kepada Allah dan Rasul-NYA.
Contoh yang sederhana, perilaku makan dan minum dalam Islam telah diatur sedemikian rupa. Islam mengajarkan etika terkait makan dan minum. Seperti, makan-minum hendaknya dengan tangan kanan, membaca bismillah saat memulai makan-minum dan tata aturan makan-minum lainnya. Apa yang akan terjadi pada diri anak manakala dalam kehidupan sehari-hari yang dilihat dan didengar sang anak adalah kebiasaan-kebiasaan yang tak mengajarkan itu semua? Apakah anak akan berperilaku islamis terkait perilaku makan-minumnya?
Tentu, nilai-nilai islamis itu tak akan bisa diserap sang anak. Bahkan, sang anak akan menyerap nilai-nilai kekufuran manakala dirinya hidup bersama orang-orang kafir. Dia tak mendapat lingkungan yang mendukung bagi tumbuh-kembang kepribadiannya kearah yang diridhai-NYA.
Maka, menciptakan lingkungan yang kondusif bagi pendidikan anak sangat dituntut. Sungguh, sangat membahayakan berinteraksi dengan kaum kafir, manakala tidak memiliki benteng yang kokoh. Karenanya, Islam mengatur sedemikian rupa muamalah dengan kaum kafir. Wallahu ‘a’lam.

sumber :  http://www.salafy.or.id/2012/06/12/memperhatikan-pendidikan-anak/

0 komentar:

Posting Komentar